Kamis, 10 Juli 2008

Sabar

Shabar

Rubrik: Materi Kaderisasi Tgl: 11/6/2002

Allah SWT telah mensifati orang-orang yang sabar dengan banyak sifat, dan menyebutkannya di dalam Al-Qur’an dalam 79 ayat. Allah SWT menghargai kesabaran dengan derajat dan kebaikan yang banyak dan menjadikannya sebagai buah dari kesabaran

Muqaddimah

Allah SWT telah mensifati orang-orang yang sabar dengan banyak sifat, dan menyebutkannya di dalam Al-Qur’an dalam 79 ayat. Allah SWT menghargai kesabaran dengan derajat dan kebaikan yang banyak dan menjadikannya sebagai buah dari kesabaran. Seluruh amalan taqarrub kepada Allah SWT akan dibalas dan dihitung sesuai dengan amalnya kecuali sabar, sebagaimana Alloh SWT berfirman dalam surat As-sajadah : 24, An-nahl : 96, Al-Qashash : 54, Az-zumar : 10. Selain itu Allah SWT telah menjanjikan kebersamaan dan kesertaanNYA (Ma’iyyah) kepada orang-orang yang sabar dan menggabungkan segala kebaikan yang tidakla pernah Allah swt berikan kecuali kepada orang-orang yang sabar.

Hakekat sabar

Ketahuilah bahwasanya kesabaran itu adalah gambaran dari konsistensi (tsabat) terhadap tuntutan agama (al-islam) dalam menghadapi tuntutan hawa nafsu, yang dimaksud dengan tuntutan agama adalah petunjuk Allah SWT kepada manusia berupa pengetahuannya kepada Allah SWT dan RasulNYA (Ma’rifatullah dan ma’rifaturrasul) dan pengetahuannya tentang berbagai kemaslahatan yang terkait erat dengan sangsi dan balasan, sifat inilah yang membedakan antara manusia dengan binatang dalam mengekang nafsu syahwat. Adapaun yang dimaksud dengan tuntutan hawa nafsu adalah tuntutan syahwat dengan segala keinginannya. Maka barang siapa yang tabah dan konsisten (tsabat) dan mampu mengalahkan segala keinginan hawa nafsu dan terus - menerus menentangnya maka ia layak tergolong menjadi orang-orang yang sabar, akan tetapi apabila seseorang mengalah dan tidak berdaya sehingga dirinya dikalahkan oleh hawa nafsunya dan tidak bersabar untuk mengekangnya maka ia layak tergolong menjadi pengikut-pengikut syaitan.

Di antara dua tuntutan

Dari uraiana di atas dapatlah disimpulkan bahwa kesabaran seseorang senantiasa teruji diantara dua tuntutan dalam hidupnya, yaitu tuntutan Al-Islam dan tuntutan hawa nafsunya, sikap manusia dilihat dari konteks persoalan ini terbagi menjadi tiga golongan :

Pertama : yang dapat mematahkan keinginan hawa nafsunya sehingga tidak adalagi keukuatan yang dapat meenetangnya, dan senantiasa bersikap sabar, inilah kesabaran yang membawa kemenangan dan keberuntungan, sebagaimana adagium mengatakan “Man shabara dzhafara”. Adapan yang dapat sampai kepada golongan ini sangtlah sedikit, maka tidaka dapat disangkal lagi golongan pertama ini disebut dengan “Asshiddiqunal muqarrabuun”, yang mengatakan bahwa Rabb kami Allah SWT kemudian mereka bersikap istiqomah.

Kedua : yang kalah dengan tuntutan hawa nafsunya dan tidak mengindahklan tuntutan agamanya, sehingga dirinya takluk menjadi prajurit-prajurit syaitan (Jundussyaitan) dan tidak ada kecenderungan dalam dirinya untuk berjihad, mereka ini adalah orang-orang yang lalai (ghafilun), golongan kedua ini merupakan mayoritas yang telah dikuasai oleh hawa nafsu lantaran mereka menjual kehidupan akhirat dengan dunianya.

Ketiga : yang berada diantara kedua golongan tersebut di atas, bagaikan sebuah peperangan adakalnya menang melawana musuhnya adakalanya pula kalah, demikianpula golongan ketiga ini dalam menghadapi hawanafsunya, oleh karena itu mereka baru disebut sebagai orang-orang yang berjihad (Mujahidun) belum dapat dikatakan sebagai orang-orang yang menang (Dzhafirun), karena mereka masih mencampuradukana antara amalan yang baik dan yang buruk.

Adapun mereka yang meninggalkan jihad dan menuruti nafsu syahwat tak ubahnya seperti binatang bahkan lebih sesat darinya, karena binatang memang tidak diberikan oleh allahSWT akal dan pengetahuan untuk berjihad dan melawan hawanafsunya, oleh karena itu bila seseorang senantisa bertaqwa dan kuat keyakinannya dengan segala ganjaran dan balasan dari Allah SWT maka akan mudahlah baginya untuk bersabar.

Kebutuhan akan sabar

Ketahuilah bahwasanya apa yang dihadapi oleh seseorang dalam hidupnya tidak lepas dari dua perkara, yaitu hal-hal yang sesuai dengan keinginan hawa nafsunya dan hal-hal yang bertentangan dengannya bahkan tidak menyukainya, oleh karena itu seseorang senantiasa butuh akan kesabaran, dalam setiap keadaan siapapun tidak akan lepas dari dua perkara ini, itu artinya bahwa siapapun tidak bisa lepas dari skap sabar.

Adapun hal-hal yang sesuai dengan keinginan hawa nafsu di antaranya ialah ; kesehatan. Keselamatan, harta, kedudukan, keluarga, keluasan rizki, banyaknya pengikut dan pendukung dan seluruh kenikmatan dunaiawi, oleh karena itu melihat semua keinginan hawa nafsu tersebut di atasa alangkah butuhnya seseorang akan sikap sabar, karena jika seseorang tidak dapat mengendalikan diriny untuk tidak hanyut dan tunduk kepada hawa nafsunya atau tidak terbuai dengan kenikmatan duniawai yang mubah sekalipun, maka seseorang bisa saja terjerumus dalam sikap sombong dan menentang, karena itulah Allah SWT memperingatkan hambaNYA terhadap fitnah harta benda, isteri, suami dan anak-anak. Sebagaimana firmanNYA dalam surat Al-munafiqun : 9 dan surat At-taghabun : 14.

Bersabar dalam keadaan susah biasanya mudah, karena tidak ada kemampuan dan kesempatan untuk melakukan kemaksiatan dan karena di sisi lain dipaksa oleh keadaan. Akan tetapi bersabar dalam keadaan senang inilah yang palingg susah, karena disinilah terasa hakekat sabar, di mana hakekat sabar di kala senang diantaranya tidak tunduk kepada kesenangan dan hanyut dalam kegembiraan, memenuhi hak-hak Allah SWT dengan berinfak, mengerahkan fisik dan tenaganya untuk membantu orang lain, berkata yang benar dll.

Sedangkan hal-hal yang tidak sesuai dengan hawa nafsu dan tabiat, terbagi menjadi dua bagian, pertama yang terikat dengan pilihan seperti taat dan maksiat, atau yang tidak terikat seperti bencana dan musibah, ataui tidak terikat dengan pilihan, akan tetapi masih bisa memilih untuk menghilangkannya seperti menyembuhkan rasa sakit hati untuk tidak melampiaskan dendam.

Yang terikat dengan pilihan terbagi lagi menjadi dua macam, yang pertama adalah taat, dalam hal ini seseorang jelas membutuhkan kesabaran, karena hal ini muncul dari diri sendiri seperti rasa malas untuk shalat, rasa kikir untuk berzakat, atau rasa malas dan kikir untuk pergi haji dan berjihad, sedangkan yang kedua adalah maksiat. Allah SWT telah mengumpulkan segala macam bentuk nya di dalam firmanNYA surat An-nahl : 9, bahkan dalam menghadapu segala macam bentuk kemaksiatan diperlukan lebih banyak kesabaran, karena setiap diri akan merasa berat, seperbersabat untuk tidak ghibah, dusta, debat, memuji diri sendiri, senda gurau yang menyakitkan dan ungkapan-ungkapan serta lontaran-lontaran yang bernada meremehkan dan menghinakan, hal seperti ini biasanya telah menjadi kebiasaan dalam percakapan dan obrolan sehari-hari, dan hatipun luput dari menganggap jelek hal ini karena hanyut dalam keasyikan.

Adapun yang tidak terikat dengan pilihan tapi masih terikat dalam meenyikapinya atau menolaknya, seperti bila seseorang disakiti dengan satu perbuatan arau perkartaanatau dianiaya dirinya atau hartanya, maka kesabaran dalam hal ini adalah dengan tidak membalassnya, meskipun terkadangt dalam kasus-kasustertentu menjadi wajib dan lebih utama membalasnya, sebagaiamana firman AllahSWT dalam surat Al-muzammil ; 10, Ali Imron : 186, oleh karenanya Allah SWT menghargai dan memuji orang-orang yang bersabar untuk tidak membalas, sebagaimana firman Allah SWT dalam sut an-nahl ;126, bahkan rasulullah saw menganjurkan lebih dari itu dalam sandanya : “Sambunglah orang yang memutuskan talai silaturahnimu, berilah orang yang mengharamkan pemberianny untukmu, dan maafkanlah orang yang menzhalimimu”.

Sedangkan yang tidak terikat dengan pilihan secara mutlak seperti bencana dan musibah, misalnya meninggalnya ornag-orang yang dikasihi dan disayanginya, kehancuran dan kehilangan harta benda, tercabutnya nikmat sehat lantaran datangnya sakit, buta mata cacat tubuh dll, maka kesabaran dalam h ini merupakan puncak dan setinggi-tingginya derajat kesabaan, karena sesungguhnya seseorang dapat dikatakan bersabar dalam menghadapi segala musibah dan bencana bila ia tidak menunujukan rasa putus asa dengan merk bajunya, melukai tubuhnya, menampar keduabelah pipinya atau melampaui batas dalam meratapinya, terus-menerus menunjukan kesedihan dan pederitaan dengan merubah keadaannya, baik dalam hal pakaian, kendaraan atau makanan. Akan tetatpi orang-orang yang sabar seyogyanya menghindari sikap-sikap seperti itu dengan menampakan sikap ridho kepada Allah SWT atas segala keputusannya dan meyakin bahwasanya semuanya adalah titipan yang harus dikembalikan, sebagaiman kisah ummu Sulaim Rahimhallah ktika anak laki-lak meninggal dunia sedangkan suaminya Abu Thalhah tengah berada di medan jihad, lalu ketika suaminya pulang, iapun menyambutnya dengan peunh mesra sekan tidterjadai apa-apa, bahkan segera disiapkan untuknya hidangan, akhirnya Abu Thalahah menanyakan juga perihal anaknya, “Kaifasshabiyyu”?, Ummu Sulaim dengan tangkas menjawab : “Alhamdulillah bang, kelihatannya anak kita sudah lebih tenang dari sebelumnya”, kemudian setelah itu Ummi Sulaim melayaninya dengan pelayanan yang lebih k dari sebelumnya, setetah selelsai terpenuhi hajat biologisnya, baru Ummu Sulaim berkata : Bang, heran ngga dengan tetangga kita”, “memangnya kenapa”? sergah suaminya, “iya, itulho mereka kan dipinjamkan sesuatu, e...ketika mau diambil lagi pinjamannya mereka merasa kebaratan” ucap ummu Sulaim memberikan penjelasan, “”alangkah buruknya sikap mereka” komentar suaminya memberikan penialian, lalu dengan tenangnya ummu Sulaim berkata : “begitulah pula yang terjadi dengan anakmu, yang merupakan pinjaman dallah SWT dan Ia telah mengambilnya”. Abu Thalahah pun memahaminya dan menerimanya dengan ikhalas dan ridho. Kemudian besoknya Ia bertemu denganosululloh SAW dan menceritakan ha itu, lalu Rosululloh SAW bersabda seraya mendoakannya : “Allahumma baarik lahuma fii lailatihima”, setelah itu ummu sulaim hamil kembal dan melahirkan anak yang diberinama abdullah, menurut riwayat Abdullah punya tujuh orang anak yang sekluruhnya menjadi hafizhulqur’an. Itulah buah dari kesabartan.

Akan tetapi bukan berarti tidak sabar atau tidak ridho nila hati merasa sedih atau air mata berlinang karena halk itu manusiawi, sebagaimana trosululloh SAW ketika Ibrahim putranya meninggal dunia,beliaupun menitikan airmata, ketika ditanya tentang hal itu beliau berucap : “Haasdzihi rohmatun wa innamaa yarhamullohu mun ‘ibaadihirruhama”, Inilah persaan kasih sayang, Allah SWT menyayangi hamba-hambanya yang memiliki rasa kasih sayang”.

Wallahu a’alamu bisshawab

0 komentar:

 

Let's get His Love...Allah SWT Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by web hosting